SEROJA
Selasa, 03 Agustus 2010
Operasi Seroja
LB Murdani dan Dading Kalbuadi, pada saat Ops seroja Tim Tim
Operasi Seroja adalah sandi untuk invasi Indonesia ke Timor Timur yang dimulai pada tanggal 7 Desember 1975. Pihak Indonesia menyerbu Timor Timur karena adanya desakan Amerika Serikat dan Australia yang menginginkan agar Fretilin yang berpaham komunisme tidak berkuasa di Timor Timur. Selain itu, serbuan Indonesia ke Timor Timur juga karena adanya kehendak dari sebagian rakyat Timor Timur yang ingin bersatu dengan Indonesia atas alasan etnik dan sejarah.
Angkatan Darat Indonesia mulai menyebrangi perbatasan dekat Atambua tanggal 17 Desember 1975 yang menandai awal Operasi Seroja. Sebelumnya, pesawat-pesawat Angkatan Udara RI sudah kerap menyatroni wilayah Timor Timur dan artileri Indonesia sudah sering menyapu wilayah Timor Timur.
Kontak langsung pasukan Infantri dengan Fretilin pertama kali terjadi di Suai, 27 Desember 1975. Pertempuran terdahsyat terjadi di Baucau pada 18-29 September 1976. Walaupun TNI telah berhasil memasuki Dili pada awal Februari 1976, namun banyak pertempuran-pertempuran kecil maupun besar yang terjadi di seluruh pelosok Timor Timur antara Fretilin melawan pasukan TNI.
Dalam pertempuran terakhir di Lospalos 1978, Fretilin mengalami kekalahan telak dan 3.000 pasukannya menyerah setelah dikepung oleh TNI berhari-hari. Operasi Seroja berakhir sepenuhnya pada tahun 1978 dengan hasil kekalahan Fretilin dan pengintegrasian Timor Timur ke dalam wilayah NKRI. Selama operasi ini berlangsung, arus pengungsian warga Timor Timur ke wilayah Indonesia mencapai angka 100.000 orang. Korban berjatuhan dari pihak militer dan sipil.
Warga sipil banyak digunakan sebagai tameng hidup oleh Fretilin sehingga korban yang berjatuhan dari sipil pun cukup banyak. Pihak Indonesia juga dituding sering melakukan pembantaian pada anggota Fretilin yang tertangkap selama Operasi Seroja berlangsung.
http://id.wikipedia.org
Catatan kaki
Pranala luar
[1] Indonesian Casualties in East Timor, 1975–1999: Analysis of an Official List.
Gendercide Watch. Case Study: East Timor (1975-99)
History of East Timor - Indonesia invades
USING ATROCITIES: U.S. Responsibility for the SLAUGHTERS IN INDONESIA and EAST TIMOR by Peter Dale Scott, Ph.D.
War, Genocide, and Resistance in East Timor, 1975–99: Comparative Reflections on Cambodia by Ben Kiernan
Kamis, 29 Juli 2010
Makna Logo Polri
Makna Lambang Polri
Lambang Polisi bernama Rastra Sewakottama yang berarti "Polri adalah Abdi Utama dari pada Nusa dan Bangsa." Sebutan itu adalah Brata pertama dari Tri Brata yang diikrarkan sebagai pedoman hidup Polri sejak 1 Juli 1954.
Polri yang tumbuh dan berkembang dari rakyat, untuk rakyat, memang harus berinisiatif dan bertindak sebagai abdi sekaligus pelindung dan pengayom rakyat. Harus jauh dari tindak dan sikap sebagai "penguasa". Ternyata prinsip ini sejalan dengan paham kepolisian di semua Negara yang disebut new modern police philosophy, "Vigilant Quiescant" (kami berjaga sepanjang waktu agar masyarakat tentram).
Prinsip itu diwujudkan dalam bentuk logo dengan rincian makna sbb:
Perisai bermakna pelindung rakyat dan negara.
Tiang dan nyala obor bermakna penegasan tugas Polri, disamping memberi sesuluh atau penerangan juga bermakna penyadaran hati nurani masyarakat agar selalu sadar akan perlunya kondisi kamtibmas yang mantap.
Pancaran obor yang berjumlah 17 dengan 8 sudut pancar berlapis 4 tiang dan 5 penyangga bermakna 17 Agustus 1945, hari Proklamasi Kemerdekaaan yang berarti Polri berperan langsung pada proses kemerdekaan dan sekaligus pernyataan bahwa Polri tak pernah lepas dari perjuangan bangsa dan negara.
Tangkai padi dan kapas menggambarkan cita-cita bangsa menuju kehidupan adil dan makmur, sedangkan 29 daun kapas dengan 9 putik dan 45 butir padi merupakan suatu pernyataan tanggal pelantikan Kapolri pertama 29 September 1945 yang dijabat oleh Jenderal Polisi Raden Said Soekanto Tjokrodiatmodjo.
3 Bintang di atas logo bermakna Tri Brata adalah pedoman hidup Polri. Sedangkan warna hitam dan kuning adalah warna legendaris Polri.
Warna hitam adalah lambang keabadian dan sikap tenang mantap yang bermakna harapan agar Polri selalu tidak goyah dalam situasi dan kondisi apapun; tenang, memiliki stabilitas nasional yang tinggi dan prima agar dapat selalu berpikir jernih, bersih, dan tepat dalam mengambil keputusan.
TRIBRATA
Kami Polisi Indonesia
1. Berbakti kepada nusa dan bangsa
dengan penuh ketaqwaan terhadap
Tuhan Yang Maha Esa.
2. Menjunjung tinggi kebenaran,
keadilan dan kemanusiaan
dalam menegakkan hukum
Negara Kesatuan Republik Indonesia
yang berdasarkan Pancasila
dan Undang-Undang Dasar 1945.
3. Senantiasa melindungi,
mengayomi dan melayani masyarakat
dengan keikhlasan untuk mewujudkan
keamanan dan ketertiban.
CATUR PRASETYA
Sebagai insan Bhayangkara
kehormatan saya adalah berkorban
demi masyarakat, bangsa dan negara,
untuk:
1. Meniadakan segala bentuk
gangguan keamanan
2. Menjaga keselamatan jiwa raga,
harta benda, dan hak asasi Manusia
3. Menjamin kepastian
berdasarkan hukum
4. Memelihara perasaan tenteram
dan damai
PROFIL : IRJEN BEKTO SUPRAPTO KAPOLDA PAPUA
II. PANGKAT : INSPEKTUR JENDERAL POLISI
III. JABATAN : KAPOLDA PAPUA
VI. DATA PENDIDIKAN :
- Magister Sain Kajian Ilmu Kepolisian Universitas Indonesia(1998)
- Lembaga Ketahanan Nasional ( 2002 )
V. DATA RIWAYAT JABATAN :
No.JABATAN TMT/NO. SKEP
1. Pasi Bag Ops Polwil Madura
2. Kasi Pampol Polres Dili Timtim
3. Kasat Sabhara Polres Pamekasan
4. Kapolsek Galis Polres Pamekasan
5. Kasat Serse Polres Pamekasan
6. Kasi Pam Pol Polwil Madura
7. Kapolsek Kamal
8. Kasubbag Dianmas Bag Bin Juang Korps Mahasiswa PTIK
9. Instruktur pada PTIK
10. Kasubbag Lek Bag Binkar Subdit Dalkar Dit Pers Polri
11. Kasubbag Patjab Bag Binkar Subdit Dalkar Dit Pers Polri
12. Wakapolres Kediri
13. Wakapolres Malang
14. Kabag Serse Ekonomi Dit Serse Polda Jateng
15. Kabag Tek Listitek PPITK PTIK
16. Koorspri Kapolri
17. Kapolwil Madiun
18. Kakorwa PTIK
19. Kapuskodal Ops Polda Irian Jaya
20.Peserta Dik Lemhanas
21. Wadir IV / Wakadensus 88 AT Bareskrim Polri
22. Kadensus 88 AT Bareskrim Polri
23. Kapolda Sulawesi Utara
24. Kapolda Papua
VI. PENUGASAN KHUSUS :
- Amerika Serikat ( 2003 )
- Polisi Internasional PBB di Nambia ( 1989 )
- Ceramah Tentang Terorisme di Asia, Australia, Amerika, Eropa, PBB dan Interpol
- Misi Olahraga di Thailand ( 1989 )
Sejarah Polda Papua
"Sejarah adalah masa lalu yang tidak mungkin terulang kembali tetapi sejarah menjadi saksi tentang apa yang terjadi pada masa kini, sedangkan masa kini adalah proses menuju masa yang akan datang "
Kepolisian Daerah Papua yang pada awalnya berstatus Kepolisian Komisariat Irian Jaya, kelahirannya ditandai dengan pemisahan dari Kepolisian Komisariat Maluku dan Irian Barat pada tanggal 27 September 1959 dengan nama Kantor Polisi Komisariat Irian Barat yang berkedudukan di SOA-SIU (Tidore) dan dipimpin oleh Kepala Polisi Komisariat AJUN KOMISARIS BESAR POLISI M. SAUNI.
Setelah melalui masa peralihan sesuai persetujuan New York, pada tanggal 6 Mei 1963 Kesatuan Kepolisian Irian Barat diserahkan dari Kepala Polisi UNTEA , Mr. ROBERTSON kepada Kepala Polisi Komisariat Irian Barat yan pada waktu itu sudah dijabat oleh AJUN KOMISARIS BESAR POLISI Drs.M. SABAR KUMBINO (KPKOM ke-II) dan kedudukannya resmi dipindahkan ke SUKARNOPURA (sekarang Jayapura).
Dalam pertumbuhan dan perkembangannya Kepolisian Komisariat Irian Barat berubah status menjadi Komando Daerah Irian Barat XXI (disingkat KOMDAK XXI/IRIAN BARAT) sedangkan Kepala Komisariat dirubah menjadi PANGLIMA KEPOLISIAN XXI/IRIAN BARAT.
Selanjutnya Komdak XXI/Irian Barat diganti menjadi Irian Jaya dan sesuai reorganisasi/likuidasi beberapa Komdak, maka Komdak XXI/Irian Jaya akhirnya dirubah menjadi Komdak XVII/Irian Jaya dengan membawahi 17 Kores, namun sejalan dengan Reorganisasi Polri secara menyeluruh pada tahun 1984 Komdak XVII/Irian Jaya berubah menjadi POLDA IRIAN JAYA.
Menyusul pergantian nama Propinsi IRIAN JAYA menjadi Propinsi PAPUA sesuai UU Otonomi Khusus Nomor 21 tahun 2001 maka Kepolisian Daerah Irian Jaya akhirnya menyesuaikan dan secara resmi dengan Surat Keputusan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia No. Pol. : Skep/5/II/2002/Sekjen tanggal 26 Pebruari 2002 berganti nama menjadi KEPOLISIAN DAERAH PAPUA dengan membawahi 10 Polres, 124 Polsek, 2 Batalyon Brimob dan 1 Sekolah Polisi Negara.
http://papua.polri.go.id
PROFIL KAPOLDA JAWA BARAT
Pangkat/ NRP : INSPEKTUR JENDERAL POLISI/ 571005756
Jabatan : KAPOLDA JABAR
Kesatuan : POLDA JABAR
Tempat Lahir : SUKOHARJO
Tgl Lahir : 05-10-1957
Suku Bangsa : JAWA
Agama : ISLAM
Riwayat Pendidikan
NO P E N D I D I K A N TAHUN
1 AKABRI (AKPOL) 1981
2 PTIK 1986
3 SESPIM POLRI 1996
4 SESPATI POLRI 2004
Riwayat Jabatan
NO J A B A T A N TAHUN
1 PA STAF LANTAS POLRES BANDUNG POLDA JABAR 1981
2 KAPOLSEK DAYEUH POLRES BANDUNG POLDA JABAR 1982
3 KASAT LANTAS POLRES SUMEDANG POLDA JABAR 1983
4 DANKI TAR AKPOL 1986
5 KASUBBAG REN DITPERS POLDA METROJAYA 1989
6 KAPOLSEK KEBON JERUK POLDA METRIO JAYA 1990
7 KAPOLSEK PENJARINGAN POLDA METROJAYA 1992
8 PA BAN MUDA III/BINKAB SPERS ABRI 1993
9 KABAG BINTIBMAS DIT BIMMAS POLDA NUSRA 1-6-1996
10 KAPUSDAL OPS POLWIL TIMOR TIMUR POLDA NUSRA 1-8-1996
11 KAPOLRES LOMBOK TIMUR POLDA NUSRA 1-12-1996
12 KABAG TOP/DSP SUBDIT DALKAR DITMINPERS POLRI 1-8-1997
13 KABAG DIAWAN/GASUS SUBDIT DALKAR DITMINPERS POLRI 1-10-1997
14 KABAG DALKAR DITPERS POLDA METROJAYA 1-11-1997
15 KAPOLRES BEKASI POLDA METROJAYA 1-4-1998
16 AJUDAN PRESIDEN RI 1-11-2000
17 KAPOLTABES PALEMBANG POLDA SUMSEL 16-8-2001
18 DIR RESKRIM POLDA JATIM 14-5-2003
19 KAPOLWILTABES SURABAYA POLDA JATIM 21-12-2004
20 KAPOLDA KEPRI 9-12-2005
21 KA SELAPA POLRI 23-8-2008
sumber http://www.lodaya.web.id
Kapolri Melantik Kapolda Jawa Barat
23 Jun 2010 Nasional Pikiran Rakyat
JAKARTA, (PR).-k.ipuln Jenderal Bambang Hendarso Damiri melantik Brigadir Jenderal Sutarman sebagai Kepala Kepolisian Daerah (Kapolda) Jawa Barat menggantikan Inspektur Jenderal Timur Pradopo. Bersamaan dengan pelantikan Sutarman, pelantikan juga dilakukan terhadap empat kapolda lainnya.
Pelantikan tersebut berlangsung di Ruang Rapat Utama Mabes Polri, Jln. Trunojoyo, Jakarta Selatan, Selasa (22/6). Brigadir Jenderal Sutarman adalah mantan ajudan Presiden RI, almarhum K.H. Abdurrahman Wahid dan sebelumnya menjabat sebagai Kepala Sekolah Lanjutan Perwira (Kasela-pa) Lemdiklat Polri.
Sementara Inspektur Jenderal Timur Pradopo dilantik sebagai Kapolda Metro Jaya menggantikan Inspektur Jenderal Wahyono yang dipromosikan sebagai Kepala Badan Intelijen dan Keamanan Mabes Polri. Kapolda Bengkulu Brigadir Jenderal Muhammad Ruslan Riza diganti oleh Komisaris Besar Burhanuddin Andi yang sebelumnya menjabat sebagai Wakapolda Banten.
Penggantian posisi kapolda ini merupakan satu paket dengan penggantian pejabat Direktorat Kriminal Khusus Polda Metro Jaya dari Komisaris Besar Agus Kurniadi Sutisna kepada Komisaris Besar Yan Fitri Halimansyah. Agus Kurniadi dimutasikan sebagai perwira menengah di Polda Metro Jaya. Sementara Yan Fitri sebelumnya menjabat Kepala Sub-De-tasemen Khusus 88 Antiteror Badan Reserse Kriminal Polri.
Kapolri juga melantik Direktur penyidikan pada Deputi penindakan KPK Brigadir Jenderal Suedi Husein menjadi Kapolda Riau menggantikan posisi Brigadir Jenderal Adjie Rustam Ramdja. Lalu Kapolda Jambi Brigadir Jenderal Sulistiyono diganti Brigadir Jenderal Dadang Garhadi Kamasaputra yang sebelumnya menjabat sebagai Kepala Biro Program dan Anggaran Deputi Perencanaan dan Pengembangan Polri. Brigadir Jenderal Sulistiyono akan menjadi Pati pada staf ahli Mabes Polri. Adjie Rustam Radja sendiri menjadi perwira tinggi pada staff ahli Kapolri.
Setelah pelantikan oleh Kapolri, pada hari itu juga berlangsung serah terima jabatan Kapolda Metro Jaya dari Inspektur Jenderal Wahyono kepada Inspektur Jenderal Timur Prodopo di Polda Metro Jaya, Jln. Gatot Subroto, Jakarta.
Timur Pradopo sebagai kapolda yang baru mengatakan akan meningkatkan peran serta masyarakat dalam rangka peningkatan kinerja Polri. Selain itu, isu yang juga akan dia perhatikan adalah masalah pencegahan terorisme. "Yang paling utama adalah peran serta masyarakat serta upaya preventif memberantas terorisme," ujarnya.
Menurut Wakil Kepala Divisi Humas Mabes Polri Brigadir Jenderal Zainuri Lubis, pergantian tersebut merupakan rotasi jabatan atau mutasi biasa karena beberapa pejabat Polri telah memasuki masa pensiun sehingga harus digantikan oleh pejabat yang baru. (A-78)***
Rabu, 28 Juli 2010
Da'i Bachtiar Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia 2001–2005
Jenderal Pol (Purn.) Da'i Bachtiar (lahir di Indramayu, Jawa Barat, 25 April 1951; umur 59 tahun) adalah Duta Besar Indonesia untuk Malaysia sejak 8 April 2008[1], serta Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia (Kapolri) dari 29 November 2001 hingga 7 Juli 2005.
Saat menjabat sebagai Kapolri, ada rumor yang menyebutnya bersaing dengan Kepala Badan Intelijen Negara, Hendropriyono.
Bom Bali 2002
Pada 15 Oktober 2002, ia mengumumkan bahwa hasil penyelidikan para penyelidik Indonesia pada lokasi kejadian Bom Bali 2002 telah berhasil menemukan bekas bahan peledak plastik C-4.
Jenderal Pol (Purn.) Da'i Bachtiar, bersama SBY
Setelah salah satu tersangka pengebom, Amrozi, ditangkap, ia mengadakan pertemuan dengannya. Pada kesempatan itu, Bachtiar tampak gembira, berjabatan tangan dan berfoto dengan Amrozi.
http://id.wikipedia.org
Pranala luar
(id) Profil di TokohIndonesia.com
Referensi
^ Berita pelantikan Dubes RI oleh Presiden di situs presidensby.info
Suroyo Bimantoro Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia 2000–2001
Jenderal Polisi Suroyo Bimantoro (lahir 1 November 1946; umur 63 tahun) adalah Kapolri yang dipilih oleh Presiden Abdurrahman Wahid, akan tetapi ditentang oleh kalangan Polri. Polemik ini dipicu karena diadakannya kembali jabatan Wakil Kepala Kepolisian Republik Indonesia atau wakapolri oleh presiden Abdurrahman Wahid.
Kemudian gerakan ini terakomodir oleh para perwira menengah Polri yaitu antara lain Kolonel (Pol) Alfons Lemau yang ingin perubahan dalam tubuh Polri dalam bentuk jabatan Wakapolri ditiadakan.
Pada tanggal 21 Juli 2001 Presiden Abdurrahman Wahid memberhentikan Suroyo Bimantoro sebagai Kapolri karena telah diangkat sebagai Duta Besar RI untuk Malaysia dan Melantik Wakapolri Letnan Jenderal (Pol) Chairudin Ismail Sebagai penggantinya.http://id.wikipedia.org/
Rusdihardjo Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia 2000
Letnan Jenderal Kanjeng Pangeran Hario Rusdihardjo (lahir di Surakarta, Jawa Tengah, 7 Juli 1945; umur 65 tahun) adalah Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia (Kapolri) dari 4 Januari 2000 hingga 22 September 2000. Setelah tidak lagi menjabat sebagai Kapolri, ia menjadi Duta Besar Indonesia untuk Malaysia dari tahun 2004 hingga 2006. Ia sempat mendapat kecaman pada awal 2005 karena meminta maaf kepada pemerintah Malaysia akibat peristiwa penginjakan dan pembakaran bendera Malaysia dalam aksi unjuk rasa di depan kedubes Malaysia soal Peristiwa Ambalat.
Rusdihardjo
Kasus korupsi
Pada tahun 2008, KPK menyatakan Rusdiharjo sebagai tersangka dalam kasus pungutan liar pembuatan visa di Kedutaan Besar Republik Indonesia di Malaysia. Rusdiharjo diduga menerima pungutan liar sebesar 900 juta rupiah. Kasus pungutan liar ini terungkap setelah Badan Pencegah Rasuah Malaysia melaporkannya kepada KPK.[1] Oleh majelis hakim Pengadilan Tindak Pidana Korupsi, Rusdihardjo kemudian divonis 2 tahun penjara karena bersalah dalam kasus korupsi tersebut.[2] Upaya banding mengurangi vonisnya menjadi satu setengah tahun. Pada 30 Maret 2009, Rusdihardjo selesai menjalani masa tahanannya karena telah mendapatkan pembebasan bersyarat. [3]
Rusdihardjo
Catatan
^ "Rusdi Resmi Tersangka", Suarasurabaya
^ "Rusdihardjo Divonis 2 Tahun Penjara", Kompas, 11 Juni 2008
^ [1]
http://id.wikipedia.org
Pranala luar
(id) Artikel tentang penunjukan Rusdihardjo sebagai Kapolri